Laman

Jumat, 17 Desember 2010

tahukah anda "Jeremy Wade Delle"?




Jeremy spoke in class today…
Jeremy spoke in class today…

Lirik di atas dikutip dari lagu berjudul Jeremy yang dibawakan oleh band grunge dari Seattle, Pearl Jam. Penulisan lagu ini diinspirasikan oleh satu berita di surat kabar tentang seorang anak laki-laki bernama Jeremy Wade Delle yang menembak dirinya di hadapan teman-temannya sekelasnya pada 8 Januari 1991. Jeremy Wade Delle, berumur 16 tahun ketika memuntahkan peluru Magnum kaliber 357 untuk mengakhiri hidupnya. Bisa kita lihat secara jelas cerita singkat mengenai Jeremy melalui video klip Jeremy yang digarap secara serius oleh Pearl Jam.
Entah apa yang menyebabkan Jeremy mengakhiri hidupnya secara tragis, tetapi, yang jelas kasus bunuh diri ini bukan satu-satunya saat itu. Masih banyak lagi bunuh diri yang dilakukan oleh para remaja dan masalah ini menjadi PR berat bagi negara Amerika.
Apa yang bisa disimpulkan secara awam mengenai Jeremy Wade Delle? Bila kita lihat dari video klip-nya Pearl Jam, Jeremy (diperankan oleh Trevor Wilson) adalah seorang anak yang pendiam, melankolik, broken home, orangtuanya bercerai (daddy didn’t give attention… and the boy was something that mommy wouldn’t wear…), ia memiliki masalah dengan teman-temannya; ia merasa dikucilkan–bahkan oleh gurunya sekalipun. Jeremy merasa frustasi sehingga ia tidak berpikir panjang dan memutuskan untuk pergi dari kehidupan di dunia ini.
Alangkah bodohnya bila kita juga berpikir seperti itu. Bila kita merasa bahwa kita adalah pribadi yang tidak berguna–dikarenakan latarbelakang yang serupa dengan Jeremy.
Vokalis Pearl Jam, Eddie Vedder memberikan pernyataan dari lagu yang ditulisnya demikian: “you kill yourself and you make a big old sacrifice and try to get your revenge. That all you’re gonna end up with is a paragraph in a newspaper. [...] it does nothing … nothing changes. The world goes on and you’re gone. The best revenge is to live on and prove yourself. Be stronger than those people. And then you can come back”. Yang artinya “kamu akhiri hidupmu dan membuat suatu pengorbanan agar rasa kekecewaanmu (dendam) terbalas. Tetapi yang akan tertulis di surat kabar adalah sia-sia, pengorbananmu sia-sia belaka. Roda kehidupan terus berputar tetapi kamu sudah tidak ada lagi. Satu-satunya cara mengobati kekecewaan adalah dengan terus bertahan hidup dan membuktikan bahwa kamu memang lebih baik dari orang-orang yang mengecewakanmu.
Cukup menarik memang artikel ini, sering kali kita merasa bahwa kita adalah orang yang gagal, tidak berguna. Akan tetapi, bagaimana mengatasi hal itu? Seperti lingkaran setan bahwa kita terus menganggap diri kita gagal. Lingkaran itu bisa dihancurkan, lingkaran itu bisa dipatahkan. Ingatlah selalu bahwa manusia merupakan ciptaan yang berharga di mata Tuhan. Atas dasar apa manusia menganggap manusia lain gagal, atau tidak berguna? Siapakah yang berhak menentukan? Apakah kenyataannya memang seperti itu? Ternyata tidak. Semua itu hanyalah pemikiran kita sendiri bahwa kita tidak berguna. Mengucapsyukurlah atas apa yang terjadi. Baik atau buruk (menurut pemikiran kita). Dan selalu ingat, semua itu tidak terjadi secara kebetulan. Ada sesuatu yang membuat kita harus mengalami seperti itu agar hidup kita menjadi lebih baik.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar